Sesampainya di kantin, Jaydan melihat ke sekeliling
kantin. Dia mencari bangku kosong yang menghadap ke arah taman. Dia melangkahkan
kaki menuju meja tersebut.
Sangat sulit untuk mendengar di dalam kafetaria karena
bising dan AC menyala cuma sudah tidak dingin lagi.. Tercium bau yang menyengat
dari makanan yang digoreng dan kulit yang berkeringat di udara.
Let
the world
Stop
turning
You don't have to do this alone
Cause I'm right here
I'm right here standing by you
You don't have to do this alone
Cause I'm right here
I'm right here
Always for you, you
I'm right here standing by you
I'm standing by you.
Lagu dari Boyzone yang berjudul "Right Here
Waiting" berkumandang memenuhi kantin. Lagu ini menggambarkan suasana hati
Jaydan belakangan ini, lagu
tersebut membuat pikiran Jaydan melayang ke beberapa tahun silam. Selama tiga
tahun ini , Jaydan memendam rasa sukanya kepada Gabriella. Semua perasaan itu
datang dari suatu kebersamaan yang mereka lalui. Rasa suka itu makin terus
berkembang dari hari ke hari. Dia baru merasakan ketertarikan kepada Gabrilla
ketika suatu malam dia mengajak Gabriella ke pesta pernikahan teman kuliahnya.
Waktu itu Gabriella menggunakan mini dress, gaun berwarna hitam yang sederhana
dengan belahan rendah.
Gaun
itu begitu pas dipakai oleh Gabriella sehingga setiap lekuk tubuhnya
terlihat menggoda, terlebih payudara Gabriella yang mengundang kekaguman
bahkan oleh kaumnya sendiri. Tubuh Gabriella laksana gitar
spanyol, yang membuat setiap mata lelaki bakal meliriknya.
Tidak dipungkiri itulah yang membuat getaran ketertarikan di hatinya.
Kerinduan
yang dirasakan pada Gabriella begitu besar yang terus makin bertambah
dari hari
ke hari, membuat Jaydan bagaikan tercekik
Selama di pesta, Jaydan harus menahan nafsu birahinya
terhadapa
Gabriella. Dia takut tatapan mata liarnya tertangkap ketika melihat
belahan dada Gabriella yang begitu ranum dan menggoda. Dia takut nafsu
birahinya akan membuat hubungan pertemanannya dengan Gabriella menjadi
retak
hanya karena nafsu liarnya semata. Di usianya yang ke dua puluh dua
tahun, Jaydan sudah mengenal yang namanya sex. Dia diperkenalkan sex oleh
mantan pacarnya. Dan itu menjadi candu baginya. Dan sepengetahuan Jaydan bahwa
Gabriella masih perawan, maka dari itu dia berusaha menahan nafsu liarnya.
Sejak Jaydan melihat Gabriella pada malam itu,
Gabriella telah menjadi obyek khayalannya dalam menyalurkan nafsu seksualnya setiap kali dia tidak bisa tidur.
Jaydan mencium Gabriella secara intens. Ketika dia mencium Gabriella, tangannya
menggerayangi tubuh Gabriella. Tangannya
membelai payudara Gabriella, sehingga membuat puncak payudara Gabriella menjadi
tegang.
Jaydan meremas payudara Gabriella dari luar kemeja
Gabriella. Jaydan membuka kancing kemeja Gabriella satu persatu hingga akhirnya
keliatan payudara Gabriella yang masih terbalut bra hitam.
Lalu Jaydan membuka kaitan bra Gabriella, sehingga
Jaydan bisa melihat dua gundukan payudara Gabriella yang besar
dengan puncak payudara berwarna merah. Tangan Jaydan meremas lembut payudara
Gabriella dan memainkan putingnya. Lenguhan demi lenguhan terdengar dari mulut
Gabriella.
Ciuman
panas Jaydan
turun ke leher Gabriella. Jaydan menciumi leher hingga telinga
Gabriella.
Sesekali Jaydan menjilati daun telinga Gabriella dan nampaknya nafsu
Gabriella
semakin menjadi-jadi. Jaydan tidak puas hanya menjilati daun telinga,
dia pun memasukkan ujung lidahnya ke dalam lubang telinga Gabriella,
sehingga Gabriella semakin menggelinjang tidak terkendali. Kemudian
ciuman Jaydan turun
ke payudara Gabriella. Jaydan
menggagumi payudara Gabriella yang begitu indah, payudara yang nampak
sempurna dihadapannya. Segara bergantian
Jaydan mencium, menjilat dan mengulum payudara dan puncak payudaranya.
”Jaydan… Jay, aku sayang kamu," Gabriella
mengerang. Jaydan bisa merasakan tangan Gabriella di kepalanya, jari Gabriella
menyusup di antara rambutnya.
Pagutan
dan jilatan Jaydan seakan membakar setiap pori-pori Gabriella sehingga
Gabriella merasa semakin panas membara, dia pun menekan kepala Jaydan
semakin mendekat, sehingga kepala Jaydan terbenam dalam payudara
Gabriella yang begitu kenyal.
Setelah
bosan bermain dipayudaranya, secara perlahan Jaydan membuka rok
Gabriella yang masih dipakai, sehingga nampaklah celana dalam (g-string) hitam Gabriella yang membalut pusat kewanitaannya. Jaydan sengaja tidak meminta g-string yang dipakai oleh Gabriella, dibuka karena Jaydan tidak mau
terburu-buru. Akhirnya saat ini Gabriella hanya mengenakan g-string warna hitam. Kemudian Jaydan menciumi kedua pahanya secara
bergantian sementara itu kedua tangan Jaydan berada dibokongnya dan meremas
bokongnya tersebut dengan lembut. Ciuman Jaydan naik ke bawah perutnya. Jaydan
ciumin dari luar celana dalam nya kemudian Jaydan buka belahan kakinya sehingga
tepat diwajah Jaydan sekarang sudah ada bongkahan Kewanitaannya yang masih
tertutup celana dalamnya yang berwarna hitam.
".... Krrriiingggg...."
Jaydan terkejut dan ternyata semua itu hanya mimpi, mimpi yang begitu terasa nyata tetapi harus buyar dikarenakan alarm dia berbunyi yang membangunkan
dia dari tidurnya. Ya, dia masih menginginkan Gabriella walaupun Gabriella
sedang menjalin hubungan dengan kakaknya, Frederick.
Ingatan
akan mimpi tersebut harus berkecamuk dalam ingatannya, seakan tidak
ingin dia melupakan walaupun satu momen sekalipun kebersamaannya bersama
Gabriella.
Sejenak kemudian, sebuah sentuhan halus dari tangan Gabriella di pundaknya membuyarkan lamunannya.
"Jay,
maaf kamu jadi nunggu lama. Tadi dosennya
kasih pengarahan dulu," ujar Gabriella yang tatapannya seolah meminta
maaf kepada Jaydan yang telah menunggunya begitu lama. Jaydan tidak
menyadari kalau Gabriella telah duduk disisinya.
“Oh, ngga
apa-apa koq, La. Lalu dosennya bilang apa aja? ” Tanya Jaydan. Dari tempatnya,
tercium wangi parfum Chanel’s Chanel No. 5. Aroma parfum yang dipakai oleh
Gabriella sangat menggoda dan membuat kejantanan Jaydan mengeras. Jaydan
berusaha menghiraukan wangi tersebut untuk meredakan kejantanannya yang
mengeras.
"Biasa lah, dosen nya cuma memberi info bahwa aku
diikutsertakan dalam program pertukaran mahasiswa selama setahun di Inggris.
Dan nanti setelah selesai program tersebut, aku mempunyai dua pilihan yaitu
tetap disana untuk lanjut Master atau kembali ke
Jakarta," terang Gabriella.
"Maksudnya stay disana itu apa?" Tanya
Jaydan.
"Jadi program itu merupakan pengganti sidang.
Karena nanti begitu selesai program tersebut, kita diwajibkan buat tesis dan
tesis tersebut yang menentukan kelulusan kita. Dan jika kita memilih tetap
disana, maka kita tidak bisa ikut wisuda. Tetapi kita tetap mendapat ijazah
kelulusan," ujar Gabriella.
“Mendapat ijazah kelulusan? Bagaimana caranya?” tanya
Jaydan.
“Ya, nanti pihak kampus akan mengirimkan ijazah kita,”
ujar Gabriella.
“Oh, begitu. Lalu kamu dapat Negara mana untuk
pertukaran tersebut?. Dan kamu sesudah selesai program tersebut apakah akan
menetap disana atau kamu akan kembali ke Jakarta? ” tanya Jaydan.
“Tadi dosennya bilang kalau negara yang aku tuju itu
adalah Inggris. Aku pengennya menetap disana, tetapi ortu aku mungkin tidak
setuju. Lihat nanti saja," ujar
Gabriella.
"Oh iya, kita keasikan mengobrol sampai lupa kalau kita belum makan. Aku pesan lunch buat kamu dulu yah ?" tanya Jaydan.
"Boleh. Aku juga sudah lapar banget," ujar Gabriella.
"Ok, jadi kamu
mau makan apa? Aku mau pesan nasi hainam karena
tadi lihat ada yang jual nasi hainam, dan kelihatannya menarik. Apa kamu mau
nasi hainam juga? ," ujar Jaydan.
"Hm.. Boleh deh nasi hainam," ujar
Gabriella.
"Ok, bentar ya, anak manis,"
ujar Jaydan yang kemudian memanggil pelayan untuk memesan menu. Jaydan memesan
dua porsi nasi hainam, untuk dia dan Gabriella.
Selama menunggu pesanan mereka datang, mereka melanjutkan berbincang-bincang
dan bercanda. Keakraban di antara mereka sudah semakin terlihat, bagi
orang lain yang melihatnya pasti sudah menduga kalau mereka adalah
sepasang kekasih yang sedang berpacaran.
Pelayan menyiapkan pesanan sesuai dengan yang mereka
pesan yaitu dua jus jeruk dan dua nasi hainam. Lalu mereka menyantap makanan
yang disediakan oleh pelayan tersebut. Setelah mereka selesai makan, mereka
berjalan menuju parkiran mobil Jaydan. Jaydan membukakan pintu penumpang
disebelahnya untuk Gabriella. Jaydan menyalakan mesin mobil, dan kemudian
Jaydan mengantar Gabriella sampai rumahnya. Selama dalam perjalanan pulang,
Gabriella lebih banyak diam di dalam mobil. Dan sewaktu Jaydan menanyakan
beberapa hal, Gabriella hanya menjawab sepatah dua patah kata.
"Jay, thanks sudah anter aku pulang," ujar
Gabriella sesampainya di depan rumahnya. Lalu Gabriella membuka pintu mobil,
menuju rumahnya.
Setelah Gabriella benar-benar masuk kedalam rumah, barulah Jaydan meninggalkan rumah
Gabriella menuju rumahnya.
Gabriella
sengaja tidak menawarkan Jaydan untuk mampir masuk ke dalam rumahnya
dulu, karena keadaan sudah agak malam saat itu, karena jalan yang mereka
lalui tadi sangat macet karena adanya kecelakaan lalu lintas.